Bell Society merupakan sebuah startup berbasis penelitian yang berfokus pada pengembangan material terbarukan. Didirikan pada tahun 2017 di Bandung, Bells Society berfokus pada biomaterial yang didasarkan riset, mengembangkan produksi lembaran selulosa mikroba yang ditujukan sebagai salah satu bahan alternatif kulit – sebagai pengganti kulit hewan dan kulit sintetis untuk keperluan textil.

 

Bells society telah berhasil menciptakan lembaran selulosa melalui proses fermentasi dengan memanfaatkan limbah ubi dan bakteri. Usaha ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan kulit asli atau kulit sintetis dalam pembuatan produk furnitur dan pakaian di Indonesia. Selain sebagai bahan alternatif diharapkan kedepannya dapat digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam produksi produk komersil.

sumber : sith.itb.ac.id

Bell Society merupakan salah satu tenan binaan LPiK ITB dan pernah mendapatkan pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa oleh RIstekdikti sebanyak 2 kali. Pada tahun 2017 dan tahun 2018 untuk melakukan penelitian mengenai produksi selulosa mikroba. Bahan tersebut sekarang disebut dengan nama Misel.

Startup yang digawangi oleh Semeru Gita Lestari, Reshka Handayani, Arka Irfani, Galih Ganiyasa, dan Nurul Rahmasari ini telah meraih beberapa prestasi baik di dalam dan luar negeri. Salah satunya memenangkan “The Best Oral Presentation” dalam 2nd International Conference on Engineering Innovation (ICEI) dan juga terpilih sebagai wakil Indonesia untuk mempresentasikan business plan mereka di ajang Swiss Innovation Challenge 2019 di Liestal, Switzerland.

Menurut Arka, “Produk yang kami tawarkan merupakan produk hasil inovasi baru dalam industri material berbasis riset dan berpotensi untuk diterapkan sebagai sustainable material pengganti bahan kulit sintetis. Tak hanya itu, tim kami juga membawa produk purwarupa (prototype) saat melakukan presentasi,” Selain memaparkan business plan, mereka juga langsung memperlihatkan hasil Misel yang sudah diolah menjadi dompet dan card holder.

Hana / Mediastartup